Nama : Moh. Rifki Ramadhan
Nim : 210511020
Kelas : R2
Mata Kuliah : Sistem Informasi
Soal
1. Sebutkan contoh-contoh jurnal publikasi tahun 2016-sekarang dan pembahasannya pada tema-tema penelitian yang bisa digunakan.
a. Sistem informasi
b. Sistem pendukung keputusan (spk)
c. Sistem pakar
d. Sistem game teknologi
e. Sistem multimedia
f. Sistem jaringan
2. Bagi mahasiswa yang memiliki 1 digit terakhir pada nim jika ganjil maka uraikan komponen-komponen yang dibutuhkan pada perancangan sistem informasi akademik berbasis web. Sedangkan mahasiswa yang memiliki 1 digit terakhir pada nim genap, maka uraikan komponen-komponen yang dibutuhkan pada perancangan sistem informasi penjualan produk berbasis android (contoh data-data yang digunakan dan sebutkan juga informasi-informasi yang dihasilkan pada perancangan sistem)
3. Jelaskan alat-alat serta teknik yang bisa digunakan didalam pengembangan sistem
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kebijikan sistem dan sebutkan tugas dari team palanning serta staff tsb! Serta sebutkan hal-hal yang dibutuhkan di dalam perencanaan sistem !
5. Bagi mahasiswa nim 1 digit terakhir ganjil, maka uraikan proyek-proyek sistem yang bisa dikembangkan dalam sutau PT, minimal 10 proyek sistem.
Jawaban
1. Pembahasan jurnal
a. Sistem informasi
Judul : Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Upah Lembur Karyawan Menggunakan Extreme Programming
Penulis : Setiawansyah, Heni Sulistiani, Asri Yuliani, Fikri Hamidy
Tahun terbit : Agustus, 2021
Pembahasan :
Tujuan Penelitian : Untuk memudahkan dalam menghitung upah lembur Karyawan
Metode Penelitian : Observasi, wawancara dan metode Extreme Programming
Pembahasan : Adapun cara menghitung pembayaran upah lembur adalah sebagai berikut: 1.Menghitung berapa jam karyawan dengan nama Dimas Prayogo tersebut bekerja, Karyawan tersebut kerja lembur selama 3 jam.
2.Menghitung upah lembur :
Jam 1 dikali dengan 1,5 PUL = 1,5
Jam 2 dikali dengan 2 PUL = 4
Jadi lembur 3 jam = 5,5 upah lembur
10.Menghitung cara pembayaran upah lembur dengan rumus
1/173 X gaji pokok 1/173 X 3.000.000 = Rp. 14.451 per satu jam
5,5 X Rp.14.451 = Rp. Rp 95.376
Jadi pembayaran upah lembur 3 jam lembur adalah sebesar Rp. 95.376
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam perancangan sistem informasi akuntansi upah lembur karyawan menggunakan extreme programming sistem yang dihasilkan dapat membantu pihak PT Sugar Labinta dalam melakukan pengelolaan data lembur karyawan karena dapat mengatasi kesalahan dalam perhitungan upah lembur, sistem yang dibuat dengan metode pengembangan extreme programming juga lebih efektif dalam pengerjaan karena dapat menghasilkan aplikasi dengan tingkat efisiensi kinerja yaitu 75% dari waktu target yang telah direncanakan, serta sistem informasi akuntansi yang dihasilkan dalam pembuatan laporan jurnal pengeluaran kas dapat membantu PT Sugar Labinta dalam mengelola pengeluaran kas.
b. Sistem pendukung keputusan
Judul : Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Pegawai Honorer Kelurahan Babura dengan Metode MFEP
Penulis : Supiyandi*, Andysah P. U. Siahaan, Alfiandi
Tahun terbit : Juli, 2020
Pembahasan :
Tujuan Penelitian : Untuk memudahkan dalam mengambil keputusan calon tenaga honorer yang cenderung biasa dan subjektif dan menjauhkan dari kesalahpahaman dalam pengambilan keputusan
Metode Penelitian : Metode yang dipakai adalah metode Multi Factor Evaluation Process (MFEP)
Pembahasan : Pendapat di [4]. Pengambilan keputusan menggunakan metode Multi Factor Evaluation Process dilakukan secara subyektif dengan menimbang beberapa faktor yang berpengaruh terhadap alternatif. Langkah-langkah proses perhitungan menggunakan metode MFEP, yaitu : 1. Menentukan faktor dan bobot faktor dimana total pembobotan harus sama dengan 1 (∑ pembobotan = atau disebut factor weight. 2. Mengisikan nilai tiap faktor yang di perlukan dalam proses pengambilan keputusan, nilai yang dimasukan merupakan nilai objektif yaitu factor evaluation yang nilainya 0 – 1 3. Proses perhitungan weight evaluation merupakan perhitungan antara factor weight dan factor evaluation dengan penjumlahan, dari hasil weight evaluation dapat menentukan hasil evaluasi. Dari langkah proses perhitungan menggunakan metode MFEP di atas dapat direalisasikan sebagai berikut:
1. Perhitungan nilai bobot evaluasi factor ditunjukkan dalam persamaan (1).
Keterangan:
EF : Evaluasi Faktor
X : Nilai Subkriteria
X max : Nilai x max
2. Perhitungan nilai bobot evaluasi ditunjukkan dalam persamaan (2).
Keterangan:
WE : Nilai bobot evaluasi
FW : Nilai bobot factor
E : Nilai evaluasi faktor
3. Perhitunga nilai total evaluasi ditunjuk dalam persamaan (3).
Kesimpulan : Adapun beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan pada penelitian ini antara lain:
1. Metode MFEP dapat digunakan dalam menentukan calon pegawai honor pada Kelurahan Babura.
2. Kriteria yang digunakan sebaiknya ditambahkan agar memberikan tingkat akurasi yang baik.
3. Bobot preferensi dapat dikembangkan sehingga memberikan akurasi dan hasil keputusan yang lebih baik.
4. Bobot preferensi dapat memberikan variasi hasil terhadap alternatif yang diolah.
c. Sistem pakar
Judul : Sistem Pakar Identifikasi Hama Tanaman Buah Naga
Penulis : Arfa’ Yunida Nurhafizhah1 , Joan Angelina Widians* 2 , Edy Budiman3
Tahun terbit : Juni, 2020
Pembahasan :
Tujuan Penelitian : untuk membantu seorang yang bukan bukan ahli dalam menyelesaikan masalah yang memerlukan keahlian dari seorang pakar
Metode Penelitian : Metode yang dipakai adalah Metode Certainty Factor
Kesimpulan : a. Penelitian telah merepresentasikan pengetahuan pakar Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dan sumber referensi lain dalam mengidentifikasi hama pada tanaman buah naga yaitu 7 (tujuh) hama yang menyerang tanaman buah naga di Kalimantan Timur yaitu bekicot (Achatina fulica), kutu putih (Mealybugs), burung (Aves), lalat buah (Bactrocera papayae), tungau (Tetranychus sp.), kumbang (Hypomeces squamosus) dan belalang (Aularches miliaris).
b. Sistem pakar dapat membantu para petani dan pembudidaya buah naga dalam mengidentifikasi hama yang menyerang tanaman buah naga dan mendapatkan solusi pengendalian hama.
d. Sistem Game Teknologi
Judul : PENGEMBANGAN MEDIAGAME EDUKASI SEBAGAI SISTEM INFORMASI ALTERNATIF ICE BREAKING PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI
Penulis : Tri Nugroho Budi Santoso,Kezia Novi Hastutiningtyas
Tahun terbit : Mei, 2021
Pembahasan :
Tujuan Penelitian : untuk mengembangkan game edukasi sebagai alternatif ice breaking pembelajaran di masa pandemi
Metode Penelitian : Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development). Meliputi Research and information collecting, Planning,danDevelop preliminary form of product.
Pembahasan : ahapan awal ini dilakukan dengan 2 kegiatan yaitu survei literaturdan analisis kebutuhanstudi literatur bertujuan untuk meningkatkan pemahaman secara teoritis tentang produk yang akan dihasilkan, sehingga terdapat jaminan produk dikembangkan dengan teori yang kuat dan dapat dipertanggung jawabkan. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah melakukan analisis Kompetensi Pembelajaran Ekonomi di tingkat SMA untuk dapat dipilih materi yang cocok dan dirasa sesuai dengan permasalahan penelitian. Untuk mendukung reverensi yang relevan survey literasi juga dilakukan dengan mereview beberapa informasi dari jurnal ilmiah. Analisa Kebutuhanberdasarkansurvei literatur yang telah dilakukan, maka keseluruhan data yang diperoleh diolah dalam analisa kebutuhan yang terdiri dari analisis pengguna, analisis kurikulum, analisis pembelajaran, dan analisis sarana prasarana. Berdasarkan analisis yang ada adapun hasil akhir yang diambil sebagai analisis kebutuhan adalah pembuatan game edukasipada materiakuntansi sebagai sistem informasi. Adapun pertimbangan pemilihan materi tersebut adalah karakteristik materi pembelajaran yang dianggap pada tingkatan yang sulit. Untuk membuat media pembelajaran game edukasi ini software yang digunakan adalah microsoftpower point berbasis fasilitas hyperlink.
Kesimpulan : Pembelajaran terus dikembangkan dengan berbagai cara yang berbeda diantaranya yaitu metode yang digunakan dalam pembelajaran,model seperti apa yang digunakan dalam pembelajaran, dan media yang digunakan dalam pembelajaran.Perancangan Game edukasi ini adalah wujud kepedulian akan pentingnya suatu media pembelajaran dalam menunjang sebuah pembelajaran dengan memanfaatkan sebuah game edukasi untuk pesserta didik dapat memahami sebuah materi.Banyak yang harus dipelajari untuk menghasilkan game yaitu pertama harus mengetahui konten apa yang akan digunakan,dan aplikasi apa yang akan dikembangkan menjadi game,selanjutnya membuat konsep perancangan dan kemudian memproduksi konsep tersebut menjadi sebuah game.Game merupakan salah satu media yang sangat inovatif karena dengan game siswa tidak bosan dengan pembelajaran.Produk media yang dikembangkan dapat dikolaborasikan dengan proses pembelajaran saat masa pandemi. Format power point yang fleksibel dapat diakses melalui pc atau laptop maupun smartphone.
e. Sistem Multimedia
Judul : Pengembangan Multimedia Edugames Berbasis Autoplay pada Materi Sistem Reproduksi untuk SMP/ Mts Kelas IX
Penulis : Fauziatun Ni’mah, Dwi Candra Setiawan
Tahun terbit : November, 2021
Pembahasan :
Tujuan Penelitian : untuk meningkatkan motivasi peserta didik untuk mempelajari
materi dan mendorong peserta didik untuk berfikir kritis dan efektif
Metode Penelitian : Metode yang dipakai adalah model ADDIE. Model ADDIE merupakan model pengembangan singkatan dari Analysis, Design, Develop, Implement, Evaluate. Namunpada penelitian ini berhenti pada tahapan Develop, sedangkan untuk tahapan Implementdan Evaluatetidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu
Pembahasan : Multimedia edugames berbasis autoplaypada materi sistem reproduksi untuk SMP/MTs kelas IX ini dikembangkan dengan menggunakan softwareAutoplay Media Studio 8yang dikemas dalam multimedia interaktif yang lengkap dan menarik. Autoplay Media Studio 8 mendukung semua media baik materi berupa paragraf, gambar, animasi, video, quis dan games serta dilengkapi dengan menu untuk membuat tombol-tombol navigasi. Kegiatan pembelajaran dengan bermain dapat meningkatkan kemampuan metakognitif peserta didik, hal ini sesuai dengan Setiawan dan Setiawan (2020) yang menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang memuat unsur gamemampu memberdayakan kemampuan berfikir kritis peserta didik, berfikir kritis ini merupakan salah satu keterampilan dalam pengmbangan metakognitif seseorang. Lebihlanjut sejalan dengan Saputri, dkk. (2018) menyatakan bahwa adanya multimedia interaktif berbasis edugames sesuai dengan karakter siswa yang senang bermain maka pembelajaran yang menyajikan multimedia interaktif yang dikombinasikan dengan permainan akan lebih membantu siswa dalam memahami materi.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa multimedia edugames berbasis autoplay pada materi sistem reproduksi untuk SMP/MTs kelas IX memenuhi syarat kelayakan sebesar 96,92% dari aspek materi dengan kriteria sangat baik, 73,75% layak dari aspek media dengan kriteria baik dan serta mendapatkan respon dari guru dengan kriteria sangat baik dengan tingkat kelayakan 96,67% dan respon dari peserta didik dengan kriteria sangat baik dengan tingkat kelayakan 97,75%. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran multimedia edugamesberbasis autoplaypada materi sistem reproduksi untuk SMP/MTs kelas IX sangat layak digunakan dalam pembelajaran.
f. Sistem jaringan
Judul : ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM JARINGAN BERBASIS VLAN DENGAN METODE NDLC PADA SMK BOEDI LUHUR
Penulis : Agus Suharto1 , Irfan 2
Tahun terbit : Oktober, 2019
Pembahasan :
Tujuan Penelitian : untuk membuat sebuah solusi kemacetan jaringan dalam pengiriman data di lingkungan LAN.
Metode Penelitian : Metode pengembangan sistem jaringan yang digunakan dalam melaksanakan penelitian adalah dengan menggunakan pola pendekatan. Pendekatan Network Development Life Cycle (NDLC) yang merupakan serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh profesional dan pemakai sistem jaringan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan sistem jaringan
Pembahasan : Pada pembahasan ini secara keseluruhan pembuatan VLAN dalam bentuk jaringan yang sebenarnya yang akan diimplementasikan dalam aplikasi Packet Tracker 5.2. Ada 6 (enam) VLAN yang akan terkonfigurasi diantaranya adalah VLAN 10,20,30,40,50 dan 99. Kemudian satu Router yang akan menghubungkan antar vlan satu dengan vlan lainnya. Akan ada kurang lebih 50 PC yang terkonfigurasi pada pembentukan rancangan jaringan Vlan ini
Kesimpulan : Bebarapa hal yang dapat penulis simpulkan berdasarkan penelitian yang di lakukan yaitu: 1) Performance jaringan pada VLAN menjadi lebih optimal, sehingga akses antara jaringan local menjadi lebih cepat dan dapat disesuaikan dalam traffic yang terjadi dalam jaringan tersebut, karena adanya pengiriman paket data secara bersamaan. 2) Untuk sistem keamanan pada jaringan lebih terjamin karena dalam VLAN ini dapat di atur VLAN mana saja yang dapat dikomunikasikan dan VLAN mana saja yang tidak dapat dikomunikasikan, hal tersebut dapat dilakukan dengan mengkonfigurasi router. 3) VLAN memudahkan manajemen jaringan karena pengguna yang membutuhkan sumber daya yang dibutuhkan berbagi dalam segmen yang sama.
2. Komponen-komponen yang dibutuhkan pada perancangan sistem informasi akademik berbasis web yaitu
a. Hardware
1) Input
keyboard, mouse, scanner
2) Proses
CPU, RAM, VGA
3) Output
Monitor, printer
b. Software
1) Bahasa Pemrograman
HTML, Javascript,CSS,PHP
2) HTTP, URL, DNS,Web Server, Web Browser
c. Prosedur
1. Pengumpulan Tugas di E-Learning
Gambaran sistem :
a) Login akun dan masukkan User name dan Password
b) Pilih Course
c) Pilih room Tugas
d) Klik tambahkan tugas
e) pilih masukkan tugas
f) ketik nama file
g) simpan tugas
2. Pengunduhan materi course di E-Learning
a) Login akun dan masukkan User name dan Password
b) Pilih course
c) Pilih materi course
d) Klik materi course dan otomatis materi di unduh
3) Pemilihan Course di E-Learning
a) Login akun dan masukkan User name dan Password
b) Pilih course lainnya
c) Pilih fakultas
d) Pilih jurusan
e) Pilih course
f) Masukkan kunci (kalau ada kunci)
g) Klik daftar
4) Pengisian KRS di Simaku
a) Login akun dan masukkan User name dan Password
b) Pilih menu KRS
c) Pilih Mata Kuliah
d) Setelah itu kunci mata kuliah
e) Cek di menu SKS jika ada berarti sudah tersimpan
3. PROSES PENGEMBANGAN SISTEM (SYSTEM DEVELOPMENT PROSES)
Proses pengembangan system yaitu seperangkat aktivitas, metode, dan praktik dan alat-alat terotomatisasi yang digunakan untuk meningkatkan dalam pengembangan system dan software.
1) Siklus (Life Cycle) dalam hal ini siklus Sistem Informasi adalah tahapan-tahapan dan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam mengembangkan sistem informasi, tanpa memperhatikan sistem informasi jenis apa yang akan dibuat dan seberapa luas yang harus di hasilkannya.
2) Teknik (Technique) adalah pendekatan bagaimana menggunakan alat-alat dan peraturan-peraturan yang melengkapi satu atau lebih tahapan-tahapan dalam siklus pengembangan sistem informasi.
3) Metodologi adalah rincian secara menyeluruh dari siklus pengembangan sistem informasi yang mencakup; langkah demi langkah tugas dari masing-masing tahapan, aturan yang harus dijalankan oleh individu dan kelompok dalam melaksanakan tugas, standar kualitas dan pelaksanaan dari masingmasing tugas, teknik-teknik pengembangan yang digunakan untuk masing-masing tugas ini berkaitan dengan teknologi yang digunakan oleh pengembang.
4) Teknik terstruktur, merupakan pendekatan formasl untuk memecahkan masalah-masalah dalam aktivitas bisnis menjadi bagian-bagian kecil yang dapat diatur dan berhubungan untuk kemudian dapat disatukan kembali menjadi satu kesatuan yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah. Dalam hubungannya dengan pengembangan system informasi dan software aplikasi system informasi, teknik terstruktur terbagi menjadi :
· Pemrograman terstruktur adalah proses yang berorientasi kepada teknik yang digunakan untuk merancang dan menulis program secara jelas dan konsisten.
· Desain terstruktur merupakan salah satu proses yang beroirentasi teknik yang digunakan untuk memilahmilah program besar ke dalam hirarki modul-modul yang menghasilkan program komputer yang lebih kecil agar mudah untuk diimplementasikan dan dipelihara (dirubah).
· Analisis Terstruktur Modern merupakan teknik yang berorientasi kepada proses yang paling populer dan banyak digunakan dewasa ini.
· Pemodelan Data merupakan suatu teknik yang berorientasi kepada data dengan menunjukkan sistem hanya datanya saja terlepas dari bagaimana data tersebut akan diproses atau digunakan untuk menghasilkan informasi.
· Rekayasa Informasi merupakan perpaduan dari pemodelan data dan proses, juga memberikan penekanan baru terhadap pentingnya perencanaan sistem informasi.
Alat – alat pengembangan sistem yang berbentuk grafik diantaranya adalah sebagai berikut ini.
1) HIPO diagram, digunakan di metodologi HIPO dan di metodologi yang lainnya (dibahas di modul O).
2) Data flow diagram, digunakan di metodologi structured systems analysis and design (dibahas di modul I).
3) Structured chart, digunakan di metodologi SADT (dibahas di lampiran C).
4) Warnier/ Orr diagram, digunakan di metodologi Jakson System Development (dibahas di lampiiran A).
5) Jakson’s diagram, digunakan di metodologi Jakson System Development (dibahas di lampiran A).
Alat – alat ini berupa suatu bagan. Bagan dapat diklasifikasikan sebagai berikut ini:
1) Bagan untuk menggambarkan aktivitas (activity charting):
· Bagan alir sistem (systems flowchart).
· Bagan alir program (program flowchart) yang dapat berupa: Bagan alir logika program (program logic flowchart) dan Bagan alir program komputer terinci (detailed computer program flowchart).
· Bagan alir kertas kerja (paperwork flowchart) atau disebut juga dengan bagan alir formulir (form flowchart).
· Bagan alir hubungan database (database relationship flowchart).
· Bagan alir proses (process flowchart).
· Gantt chart.
2) Bagan untuk menggambarkan tata letak (layout charting).
3) Bagan untuk menggambarkan hubungan personil (personal relationship charting).
· Bagan distribusi kerja (working distribution chart).
· Bagan organisasi (organization chart).
Teknik yang tersedia untuk pengembangan sistem biasanya tidak khusus untuk suatu metodologi tertentu, tetapi dapat digunakan di semua metodologi yang ada.
Teknik – teknik yang dapat digunakan adalah:
1) Teknik manajemen proyek, yaitu CPM (Critical Path Method) dan PERT (Program Evaluation and Review Technique). Teknik ini digunakan untuk penjadwalan proyek (dibahas di modul A).
2) Teknik menemukan fakta (fact finding techniques), yaitu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data dan menemukan fakta – fakta dalam kegiatan memperlajari sistem yang ada. Teknik – teknik ini diantaranya adalah:
· Wawancara (interview), dibahas di modul B
· Observasi (oberservation), dibahas di modul C
· Daftar pertanyaan (questioners), dibahas di modul D
· Pengumpulan sampel (sampling), dibahas di modul E.
3) Teknik analisis biaya/manfaat (cost-effectiveness analysis atau cost-benefit analysis), dibahas di modul F.
4) Teknik untuk menjalankan rapat, dibahas di modul G.
5) Teknik inspeksi/walkthrough, dibahas di modul H.
4. Kebijakan system
Definisi Kebijakan Sistem
Kebijakan sistem (systems policy) merupakan landasan dan dukungan dari manajemen puncak untuk membuat perencanaan sistem.
Kebijakan sistem itu sendiri antara lain dilakukan oleh management puncak, mengembangkan suatu sistem informasi,
menyediakan manajemen dengan informasi yang cukup, meningkatkan produktifitas karyawan.
Tugas dari staf planing dibagi dalam beberapa bagian :
1) Analisis sistem: mengevaluasi permasalahan-permasalahan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan.
2) Desain sistem secara umum : tujuan untuk memberikan gambaran secara umum kepada user tentang sistem yang baru.
3) Desain sistem secara terinci: tujuan untuk memberikan gambaran secara terperinci kepada user tentang sistem yang baru.
4) Seleksi sistem : menyeleksi penggunaan software maupun hardware di dalam penerapan sistem baru.
5) Implementasi sistem : menerapkan sistem informasi di dalam satu organisasi atau perusahaan.
Perawatan sistem: tujuannya adalah untuk menjaga agar sistem informasi dapat digunakan dlm organisasi tsb dlm jangka waktu yang cukup lama.
Proses Perencanaan Sistem
Proses perencanaan sistem dibagi dalam 3 proses utama yaitu:
1) Merencanakan proyek-proyek sistem, meliputi:
a. Mengkaji tujuan, perencanaan strategi dan taktik perusahaan
b. Mengidentifikasi proyek-proyek sistem
c. Menetapkan sasaran proyek-proyek sistem
d. Menetapkan kendala proyek-proyek sistem
e. Menentukan prioritas proyek-proyek sistem
f. Membuat laporan perencanaan sistem
2) Mempersiapkan proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan, meliputi:
a. Menunjuk team analis
b. Mengumumkan proyek pengembangan sistem
3) Mendefinisikan proyek-proyek dikembangkan, meliputi:
a. Melakukan studi kelayakan
b. Menilai kelayakan proyek sistem
c. Membuat usulan proyek sistem
d. Meminta persetujuan manajemen
5. Proyek system informasi di PT (Perguruan Tinggi)
1) Proyek E- LEARNING
Pada era teknologi informasi sekarang ini, sebuah perguruan tinggi telah mulai menerapkan konsep E-Distance Learning sebagai metode pembelajaran bagi para mahasiswanya. Dengan E-Learning on-line hingga off-line, maka forum diskusi dengan materi-materi kuliah dapat didiskuasikan melalui email, blog, fasebook serta teleconfren sebagai sarana pencari dan memberi informasi perkuliahan. Bahkan link-link tertentu menuju suatu referensi, akan menjadi menu utama dalam web E-Learning resmi yang mereka publikasikan melalui internet. Dengan fasilitas inilah para mahasiswa, mereka dapat belajar kapan saja, dimana saja dan dari mana saja mereka mau sehingga waktu yang mereka miliki dapat lebih dimanfaatkan semaksimal mungkin.
1. Kebutuhan Individu Mahasiswa :
· Akses, mencakup aspek : Peralatan, prosedur, dan fleksibilitas waktu dan kesempatan.
· Pendekatan yang komprehensif, mencakup : andal, akurat, lengkap, tepat cepat,
· terstruktur & terorganisir serta terkomunikasikan.
· Keseimbangan antara training dan learning : Belajar secara mandiri maupun kelompok.
2. Kebutuhan Pencitraan Perguruan Tinggi :
· Kontribusi kepada nilai-tambah sebuah perguruan tinggi membentuk citra : "the right information to the right people at the right time".
· Budaya keterbukaan : "Collective Intelligence"
· Optimalisasi : infrastruktur, sarana prasarana dan jangkauan.
· Pembelajaran : Akses, Fokus Tanformasi, Media, Fasilitas, Jadwal dan Admin.
Ada beberapa alasan penggunaan E-Learning di berbagai perguruan tinggi :
1. Digunakan sebagai media interaktif, menarik, dan menantang di dalam usaha meningkatkan pemahaman, pengertian dan pembelajaran dan pendidikan antara dosen dengan mahasiswa dalam proses belajar mengajar.
2. Pembelajaran yang terus menerus karena tidak diperlukannya sebuah tatap muka dan mahasiswa juga bisa selalu mempelajari sesuatu yang baru.
3. Dituntutnya peran aktif semua elemen untuk ikut selalu mengembangkan keilmuan. Untuk dosen pengajar dituntut untuk selalu memperbarui dan mencari sumber materi pustaka yang lebih bermutu dikarenakan mahasiswa bisa belajar dengan banyak di media web. Di satu sisi lain, mahasiswa dituntut juga untuk selalu bersaing dengan adanya informasi yang lengkap.
4. Mahasiswa bisa dimana dan kapan saja untuk belajar suatu mata perkuliahan atau yang lainnya. Dan dosen bisa saja memasukkan matede perkuliahan tertentu dan bisa memonitoring kegiatan belajar mahasiswanya.
5. Dapat diimplementasikan di lingkungan perguruan tinggi itu sendiri sehingga menghemat biaya operasional.
Maksud dan tujuan dari pengembangan E-Learning antara lain :
1. Menyediakan fasilitas penunjang kegiatan akademis terutama kegiatan pengembangan mutu belajar-mengajar.
2. Meningkatkan kinerja dari SDM Pengajar dan kompetisi belajar antar mahasiswa dari sebuah perguruan tinggi.
3. Menampilkan semua data mata kuliah dan pelatihan beserta matode yang mendukung.
4. Memonitoring perkembangan aktivitas proses belajar-mengajar.
5. Memudahkannya proses belajar dari mahasiswa dengan adanya fasilitas jaringan computer kampus.
6. Mempunyai kemampuan menyajikan hasil dari perkuliahan yang telah ditempuh.
Keunggulan dan keuntungan yang diperoleh dari E-Learning Distance yaitu :
1. Dapat melaksanakan proses kegiatan pengelolaan manajemen kegiatan belajar mengajar secara terstruktur dan terintegrasi.
2. Mempermudah inventarisasi data mata kuliah dan kemahasiswaan secara cepat dan akurat.
3. Transfer Data dapat dilakukan secara on-line dan off-line.
4. Optimalisasi mutu pembelajaran.
5. Efisiensi waktu, tenaga dan biaya.
6. Dapat dilakukan pengawasan secara berkala.
7. Sistem aplikasi yang terintegrasi
2) Analisis Manajemen Proyek untuk Sistem Informasi Penjadwalan Perkuliahan di Jurusan Teknik Informatika (Universitas Indraprasta PGRI Jakarta)
Universitas X merupakan institusi pendidkan yang menitik beratkan pada pendidikan keguguruan, tapi beberapa tahun ini sudah dibuka Jurusan Teknik Informatika yang menekankan pada penguasaan computer pada mahasiswanya. Penjadwalan menentukan pelaksanaan untuk setiap kegiatan perkuliahan baik matakuliah, ruang, kelas, dosen dan lain-lain. Penjadwalan merupakan pembagian waktu agar dalam pengerjaannya lebih efisien dan teratur. Sedangkan penjadwalan yang ada saat ini masih memiliki banyak kendala yang dihadapi di mulai dari sering terjadinya tabrakan jadwal perkuliahan yang dikarenakan oleh terbatasnya ruangan yang ada. Untuk mengatur semua kegiatan di Teknik Informatika seperti jadwal kuliah, dosen, ruangan, kelas dan lain-lain, maka harus dibuat aplikasi sistem informasi penjadwalan Jurusan Teknik Informatika untuk membantu dalam proses penjadwalan perkuliahan. Masalah yang dihadapi saat ini adalah:
· Sering terjadi tabrakan antara jadwal yang satu dengan yang lainnya,
· Data yang berhubungan denga penjadwalan perkuliahan memiliki database, namun hanya di simpan dalam fale excel,
· Penjadwalan secara manual membutuhkan waktu yang lama, sehingga kurang efisien dan efektif,
· Seiring dengan perkembangan teknologi yang tinggi diharapkan Jurusan Teknik Informatika dapat memiliki aplikasi system informasi penjadwalan yang akan membantu dalam proses penjadwalan.
Jika proyek pembuatan aplikasi penjadwalan telah selesai dan diimplementasikan, maka manfaat yang dapat dirasakan adalah:
· Mengurangi terjadinya tabrakan antar jadwal,
· Data yang berhubungan dengan penjadwalan akan tersimpan lebih aman dalam sebuah database dan lebih mudah dalam penggunaannya,
· Akan lebih efisien dan efektif dalam proses penjadwal perkuliah tanpa harus memakan waktu yang lama,
· Implementasi dalam pemanfaatan teknologi informasi khususnya untuk penjadwalan perkuliahan.
3) Aplikasi E-Task Berbasis Student Center Learning Pada Matakuliah Manajemen Proyek Sistem Informasi.
SCL adalah salah satu pendekatan pengajaran dalam pendidikan yang memberikan kebebasan pada siswa untuk menggali sendiri ilmu pengetahuan secara mendalam, sehingga mampu meningkatkan kualitas siswa. Di dalam konteks SCL format terbaik untuk menilai hasil belajar mahasiswa adalah yang terkait dengan metodologi dan tujuan pembelajaran, terutama untuk kepentingan umpan balik kepada mahasiswa. Institusi pendidikan banyak yang memanfaatkan sistem berbasis web, dari mulai sekedar menampilkan berita atau informasi, pendaftaran online, pembelajaran online, sampai pada penilaian online.
Selama proses pembelajaran berlangsung Dosen akan memberikan latihan atau tugas untuk mengetahui apakah materi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik atau tidak. Dalam proses pemberian dan pengumpulan tugas di Perguruan Tinggi kebanyakan masih dilakukan secara manual. Proses pemberian tugas masih secara manual maksudnya, yaitu dalam pemberian tugas masih dilakukan secara lisan atau tulisan. Terkadang dengan kegiatan ini Dosen atau mahasiswa bisa lupa jika ada tugas yang diberikan, terlebih lagi jika Dosen yang bersangkutan tidak dapat hadir maka penyampaian tugas akan diwakilkan oleh Team Teaching atau ketua kelas. Dari kejadian tersebut biasanya penyampaian tugas tidak dapat disampaikan dengan jelas sehingga perlu menghubungi Dosen yang bersangkutan kembali. Proses pengumpulan tugas juga masih secara manual. Dalam hal ini mahasiswa tidak dapat melihat hasil atau nilai dari tugas yang dibuatnya yang diberikan oleh Dosen. Mahasiswa juga kesulitan mengumpulkan tugas apabila mahasiswa tersebut berhalangan untuk hadir di kelas.
Mahasiswa memahami bahwa proses pembelajaran SCL adalah proses yang membutuhkan kreatifitas siswa, kesadaran siswa serta perlunya dilakukan dengan penuh motivasi sehingga tujuan pembelajaran dapat terpenuhi. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan sebuah aplikasi website yang dapat memberikan layanan untuk pemberian tugas oleh Dosen dan pengumpulan tugas secara cepat dan dapat diakses kapan saja dan di mana saja. Aplikasi E-Task merupakan sebuah sistem yang memberikan layanan pemberian tugas dari Dosen kepada mahasiswa. Dapat disimpulkan bahwa E-Task adalah tugas elektronik, atau tugas yang dikirim dan diterima secara elektronik menggunakan komputer melalui jalur internet. Sistem elektronik ini dapat membawa pengaruh terjadinya proses transformasi informasi konvensional ke bentuk digital, baik secara isi dan sistemnya di dalam menyelesaikan suatu persoalan terutama dalam bidang teknik informatika.
4) PEMANFAATAN MODEL-VIEW-CONTROLLER (MVC) DALAM RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI RAKORNAS APTIKOM 2017
Model-View-Controller (MVC) Model-View-Controller (MVC) adalah sebuah konsep yang diperkenalkan oleh penemu Smalltalk (Trygve Reenskaug) untuk meng-enkapsulasi data bersama dengan pemrosesan (model), mengisolasi dari proses manipulasi (controller) dan tampilan (view) untuk direpresentasikan pada sebuah user interface. MVC mengikuti pendekatan yang paling umum dari Layering. Layering hanyalah sebuah logika yang membagi kode kita ke dalam fungsi di kelas yang berbeda. Pendekatan ini mudah dikenal dan yang paling banyak diterima. Keuntungan utama dalam pendekatan ini adalah penggunaan ulang (reusability) kode.
Definisi teknis dari arsitektur MVC dibagi menjadi tiga lapisan:
1. Model
Digunakan untuk mengelola informasi dan memberitahu pengamat ketika ada perubahan informasi. Hanya model yang mengandung data dan fungsi yang berhubungan dengan pemrosesan data. Sebuah model meringkas lebih dari sekedar data dan fungsi yang beroperasi di dalamnya. Pendekatan model yang digunakan untuk komputer model atau abstraksi dari beberapa proses dunia nyata. Hal ini tidak hanya menangkap keadaan proses atau sistem, tetapi bagaimana sistem bekerja. Sebagai contoh, programmer dapat menentukan model yang menjembatani komputasi back-end dengan front-end GUI (graphical user interface).
2. View
Bertanggung jawab untuk pemetaan grafis ke sebuah perangkat. View biasanya memiliki hubungan 1-1 dengan sebuah permukaan layar dan tahu bagaimana untuk membuatnya. View melekat pada model dan me-render isinya ke permukaan layar. Selain itu, ketika model berubah, view secara otomatis menggambar ulang bagian layar yang terkena perubahan untuk menunjukkan perubahan tersebut. Terdapat kemungkinan beberapa view pada model yang sama dan masing-masing view tersebut dapat merender isi model untuk permukaan tampilan yang berbeda.
3. Controller
Menerima input dari pengguna dan menginstruksikan model dan view untuk melakukan aksi berdasarkan masukan tersebut. Sehingga, controller bertanggung jawab untuk pemetaan aksi pengguna akhir terhadap respon aplikasi. Sebagai contoh, ketika pengguna mengklik tombol atau memilih item menu, controller bertanggung jawab untuk menentukan bagaimana aplikasi seharusnya merespon.
5) Inovasi Manajemen Proyek ILearning Menggunakan Metode Agile Scrumban
ILearning merupakan sebuah inovasi dari era industri 4.0 dimana pembelajaran dilakukan secara online, ilearning bukan suatu hal yang baru, banyak universitas dunia yang sudah menerapkan iLearning sejak beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi permasalahan nya adalah masih sedikit orang yang membahas mengenai bagaimana sebua manajemen proyek iLearning ini berjalan dengan baik dan lancar, tujuan dari penulisan ini adalah untuk merancang bagaimana manajemen proyek iLearning dengan menggunakan metode agile scrumban. Dan hasil dari penelitian ini adalah untuk pengguanaan manajemen proyek iLearnig menggunakan metode agile ini menjadi lebih efektif. Pendekatan manajemen proyek agile scrumban yang berkembang sebelumnya di industry perangkat lunak dimana ia telah tumbuh dan berkembang dengan melalui kemajuan empiris sangat cocok untuk skala besar seperti ilearning ini. Keuntungan utama mengguanakan yang ditemukan Ketika menerapkan pendekatan agile dalam manajemen proyek iLearning ini. Manajemen Agile melalui metode scrumban ini hampir memaksa peserta atau klien untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam iLearning. Karena metodologi agile development scrumban memdudahkan dan memberikan ruang bagi media pembelajaran agar dapat dikembangkan ke arah yang lebih luas lagi dalam bentuk nya sebagai media pembelajaran.
Agile adalah sebuah metode manajemen proyek yang menggunakan siklus pengembangan yang singkat, atau bisa disebut juga “sprint” untuk focus pada peningkatan berkelanjutan dalam pengembangan suatu produk atau atau layanan. Sementara yang lainnya menghindari metode pengembangan system waterfall. Tidak sampai tahun 2001 bahwa “manifesto untuk pengembangan perangkat lunak agile“ dan istilah agile menjadi identik dengan berbagai bentuk metodologi pengembangan system informasi yang ada, dibawah naungan agile alliance.
METHOD
Metode penelitian yang digunakan pada saat ini adalah dengan menggunakan metode pengembangan perangkat lunak agile scrumban. Scrumban adalah gabungan dari metode development agile scrum dan Kanban untuk mencoba menggunakan fitur dari kedua model pengembangan perangkat lunak. Keuntungan utama dalam scrumban adalah membuat tim anggota dapat berkerja lebih kreatif lagi dalam mengembangkan metode baru. Karena didalam scrumban juga mengandung sifat dasar dari scrum dan juga fleksibilitas Kanban. Dan scrumban adalah metode yang paling ringan. dimana tidak ada alat atau metode yang sepenuhnya sempurna atau yang bisa membantu tim sepanjang waktu atau di dalam setiap kegiatan aktivitas mereka. Dengan scrum ini dapat melengkapi prinsip scrum dengan praktik dari Kanban dan menghasilkan metodologi yang luar biasa, yaitu scrumban.
6) PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIS PERGURUAN TINGGI BERBASIS DATA DIKTI/EPSBED
Penelitian ini bertujuan membantu perguruan tinggi yang belum memiliki sistem informasi akademik dan mempermudah pelaporan data EPSBED kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI). Metode penelitian yang digunakan adalah tiga tahapan awal dalam System Development Life Cycle (SDLC), yaitu system engineering, requirement analysis, dan design system. Hasil penelitian ini berupa rancangan bisnis proses sebuah perguruan tinggi, rancangan database yang dipakai, dan rancangan user interface. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa DIKTI memiliki struktur data tertentu yang dapat mewakili aktifitas dasar dari sebuah program studi. Oleh karena itu, perancangan ini selain untuk pelaporan EPSBED, juga dapat digunakan untuk pendataan aktifitas dasar program studi.
Sistem Informasi Akademik adalah perangkat lunak yang digunakan untuk menyajikan informasi dan menata administrasi yang berhubungan dengan kegiatan akademis. Dengan penggunaan perangkat lunak seperti ini diharapkan kegiatan administrasi akademis dapat dikelola dengan baik dan informasi yang diperlukan dapat diperoleh dengan mudah dan cepat. Sistem Informasi Akademik yang bersifat online memudahkan sivitas akademika untuk mengakses informasi berkaitan dengan kebutuhan akademis. Informasi dapat diakses dari komputer mana saja yang tersambung dengan jaringan kampus bila diketahui nama akun dan kata sandi yang dibutuhkan (Satoto, 2009, p.3).
Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini pemanfaatan teknologi informasi pada perguruan tinggi di Indonesia belum merata. Dimana masih ada perguruan tinggi yang belum memanfaatkan teknologi infomasi secara optimal, hal ini dapat menjadi kendala dalam pelaporan EPSBED. Diyakini dengan menggunakan teknologi informasi dapat mempermudah dan mempercepat pengolahan data dan penyajian informasi.
Belum optimalnya pemanfaatan teknologi informasi dari masing-masing perguruan tinggi tentunya menciptakan beberapa kendala dalam melakukan operasional akademis dan pembuatan Laporan EPSBED, seperti: (1) Proses manual yang masih dilakukan di beberapa perguruan tinggi; (2) Banyaknya data atau informasi yang harus dikelola dan dilaporkan; (3) Data yang belum terintegrasi antar unit yang mengelola operasional akademis; (4) Struktur data operasional akademis yang berbeda dari standar yang ditentukan DIKTI dalam pelaporan EPSBED. Kondisi ini menimbulkan beberapa permasalahan dalam pembuatan laporan EPSBED, yaitu: (1) kesulitan dalam pengumpulan data-data akademis; (2) akurasi data yang dikumpulkan tidak terjaga dengan baik; (3) membutuhkan waktu yang lebih lama dalam mengolah data dan membuat laporan. Melihat kondisi tersebut, dilakukan penelitian untuk mengembangkan sebuah sistem informasi guna mengolah kegiatan akademis pada sebuah perguruan tinggi berbasis data DIKTI yang akan dilaporkan dalam EPSBED dengan berlandaskan beberapa teori Rekayasa Piranti Lunak.
Method
Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan metodologi SDLC (Bennett, 2002, p.48). SDLC merupakan sebuah pendekatan sistematik (systematic approach) sebagai pemecahan masalah dan dikomposisi dalam beberapa fase. Hanya tiga tahapan yang dilakukan: (1) system engineering – pada tahap ini akan dilakukan identifikasi atas kebutuhan utama dari keseluruhan sistem dan kemudian identifikasi bagian-bagian dari sistem yang akan diimplementasikan; (2) requirement analysis – pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan, dengan melakukan studi pustaka dan observasi. Kemudian dilakukan analisis dari kebutuhan; (3) design – pada tahap ini akan dibuatkan perancangan bisnis proses operasional akademik, perancangan database dengan diagram hubungan antar tabel dan perancangan User interface. Sedangkan tahapan construction, testing, installation dan maintenance tidak dilakukan dalam penelitian ini karena dalam penelitian ini hanya membahas analisis dan perancangan sistem informasi
7) MODEL PERENCANAAN STRATEGIS SI/TI PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN FRAMEWORK TOGAF (Studi Kasus STKIP Kie Raha)
Sistem informasi mendorong perubahan dalam perusahaan maupun organisasi kearah yang lebih kompetitif. Pemanfaatan sistem informasi telah menjadi hal yang lumrah ketika suatu perusahaan atau organisasi ingin mengoptimalkan produktifitas dari proses yang berjalan. Penerapan sistem informasi bisa mengoptimalkan proses bisnis yang ada dan terobosan model bisnis tradisional [1]. Tidak hanya perusahaan atau organisasi yang memanfaatkan TI untuk mengoptimalkan produktifitas institusi pemerintahan dan perguruan tinggi pun demikian, memanfaatkan TI untuk menunjang kinerja serta produktifitas. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pentingnya perencenaan strategis suatu organisasi atau instItusi untuk dapat meningkatkan produktifitas ketika menerapkan SI/TI [4]. Perencanaan SI/TI sangat diperlukan sebuah kerangka kerja dalam merencanakan, merancang, dan mengelola infrastruktur SI/TI yang disebut dengan Enterprice Architecture (EA). EA dipandang sebagai sebuah pendekatan logis, komprehensif dan holistik untuk mendefenisikan, merancang dan menerapkan sistem dan komponen sistem secara bersamaan. Dengan kata lain EA mengintegrasikan SI/TI dengan proses bisnis di dalam suatu arsitektur [2]. Untuk mengimplementasikan EA, diperlukan adopsi sebuah metode/framework yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan sistem yang kompleks. Ada banyak alternatif framework yang dapat digunakan, seperti Zachman Framework, EAP, EAS, BEAM, TOGAF ADM, GEAF, dan lainnya [3]. Tetapi untuk mengadopsi secara langsung metode atau framework perencanaan strategis dari suatu instutusi atau perguruan tinggi yang lain sangatlah sulit dikarenakan adanya perbedaan proses bisnis dan kebutuhan bisnis sehingga perlu disesuaikan setiap tahapan dari metode atau framework dengan kebutuhan bisnis yang ada. Penelitian ini bertujuan membuat suatu model perencanaan strategis SI/TI yang mendukung rencana bisnis untuk perguruan tinggi.
Method
Dari tinjauan dan teori dikemukakan sebelumnya maka dibutuhkan suatu penyesuaian TOGAF terhadap keadaan bisnis dari obyek yang diteliti, sehingga dapat dimodelkan pada Gambar 4 tahapan perencanaan strategis SI/TI untuk STKIP Kie Raha. Pada tahapan pertama digunakan untuk menggali informasi terkait STKIP Kie Raha melalui dokumen renstra bisnis dan dokumen yang dianggap penting lainnya serta dilakukan analisis internal dan eksternal untuk mengetahui linkungan bisnis dan faktor-faktor pendorong bisnis STKIP Kie Raha. Pada tahapan kedua mengidentifikasi dan mendokumentasikan keadaan arsitektur bisnis, sistem informasi dan teknologi saat ini. Pada tahapan ketiga menyusun rencana strategis dan portofolio SI/TI yang mendukung rencana bisnis dari STKIP Kie Raha. Pada tahapan keempat dilakukan analisis kesenjangan yang ada antara keadaan arsitektur saat ini dan rencana strategis. Tahapan kelima membuat rencana migrasi dari berbagai prespektif prioritas sehingga membentuk suatu roadmap implementasi. Tahapan yang terakhir melakukan penyusunan rekomendasi untuk pelaksanaan tata kelola yang meliputi tata kelola SI/TI, Organisasi dan tata kelola arsitektur serta melakukan pengawasan terhadap perkembangan teknologi dan perubahan linkungan organisasi.
8) Perancangan Sistem Keamanan Kampus di Universitas Kebangsaan Bandung
Keamanan dan kenyamanan menjadi yang sangat penting bagi setiap instansi pendidikan, apalagi instansi tersebut adalah perguruan tinggi. Kemanan dan kenyamananmemang harus terintegrasi secara jelas bagi perguruan tinggi, sehingga dihasilkansuasana akademis yang sangat ideal. Dengan kondisi keamanan dan kenyamanan yang baik otomatis juga akan meningkatkan kualitas dari perguruan tinggi tersebut. Lainhalnya jika pada sebuah perguruan tinggi tingkat keamanan dan kenyamananya masihsangat minim, hal akan berimbas buruk terhadap proses akademis di perguruan tinggi Tersebut.
Begitupun Universitas Kebangsaan Bandung yang memilikiluas pada saat ini adalah7.691 m2 dan luas bangunan 9.174 m2diperlukan keamanan & kenyamanan bagi setiapmahasiswanya agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan diperlukan sistem keamananyang mendukung .Banyak kejadian pencurian ketika di dalam kampus Universitas Kebangsaan sendiriterutama dititik yang tidak terawasi karena sedikitnya petugas yang berjaga padahaldengan luas 9.174 m2
diperlukan setidaknya 4 orang yang berjaga setiap harinya dan 2-3orang yang berjaga setiap malam untuk fasilitas kamera Pengawas atau CCTV masihsedikit hanya 1 saja yang di dekat ruang Rektor Bagian luar sedangkan bagian lain tidak tersedia.
Method
1. Metode penelitian merupakan metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian serta merupakan dasar penyusunan rancangan dalam sebuah penulisan proposal.Dengan penggunaan metode penelitian diharapkan menggunakan langkah dalam penyusunan dan penulisan praproposal.Metode yang akan digunakan pada penyelesaian Tugas Akhirini yaitu metode pelaksanaan dimana metode ini bertujuan untuk mengembangkanketerampilan-keterampilan baru, cara pendekatan baru , atau produk pengetahuan yang baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di duniaaktual(lapangan).
Dalam model DPAER ((diagnosis, design, action and observation, evaluation,reflection)) peneliti tindakan dimulai dari diagnosis masalah sebelum tindakan dipilih.Setelah masalah didiagnosis, peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satutindakan yang layak untuk mengatasi masalah.
Analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sisteminformasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untukmengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan yang terjadidan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikkanya.Analisissistem dilakukan setelah tahap perancangan sistem dan sebelum tahap perancangansistem.Langkah-langkah dasar melakukan analisa sistem :
1.Identify yairu mengidentifikasi masalah
2.Understand yaitu memahami kerja dari system yang ada.
3.Analysis yaitu menganalisa sistem.
4. Report yaitu membuat laporan hasil analisis.Sebagai analisis pada sistem , akan dibahas bagaimana prosedur aliran dokumen dalam bentuk flow map , analisis sistem non fungsional yang meliputi analisis user yang terlibat ,
analisis perangkat lunak dan perangkat kerasa yang akan digunakan ,analisis jaringan.Setelah analisis sistem dilakukan ,tahap berikutnya adalah perancangansistem.Perancangan sistem dapat didefinisikan sebagai tahap setelah perancangan sistemsecara umum dan perancangan sistem secara terinci.Perancangan sistem mempunyai duatujuan yaitu memenuhi kebutuhan kepada pemakai dan untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram dan ahli teknik lainnya yang terlibat.
9) STUDI PENELUSURAN (TRACER STUDY) ALUMNI PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) IAIN PURWOKERTO
Dalam menghadapi tantangan global, persaingan kerja, terutama dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka sudah menjadi kebutuhan bagi setiap perguruan tinggi untuk mampu merancang konsep pendidikan yang sanggup memenuhi kebutuhan eksternal.Sehingga, secara rutin perguruan tinggi harus mengikuti perkembangan dan perubahan kebutuhan dunia praksis, agar terjalin link match antara penyelenggaraan pendidikan pada perguruan tinggi dengan dunia riil yang tergambarkan pada dunia kerja dan dunia usaha.
Sebagai bagian dari institusi, keberadaan alumni merupakan hal yang sangat penting untuk melihat dan menilai tingkat keberhasilan pola pendidikan dan kurikulum yang telah dijalankan.Melalui profil alumni (lulusan), masyarakat menilai dan membuktikan kualitas sebuah institusi pendidikan. Melalui kiprah dan kontribusi alumni pula, nama baik dan kredibilitas peruruan tinggi dipertaruhkan.
Seberapa besar lulusan perguruan tinggi mampu berkiprah dalam pembangunan sesuai relevansi pendidikannya dapat dilakukan upaya penelusuran terhadap lulusannya (tracer study). Tracer Study merupakan pendekatan yang memungkinkan institusi pendidikan tinggi memperoleh informasi tentang kekurangan yang mungkin terjadi dalam proses pendidikan dan proses pembelajaran dan dapat dijadikan dasar untuk perencanaan aktivitas dan penyempurnaan di masa mendatang. Hasil Tracer Study dapat digunakan perguruan tinggi untuk mengetahui keberhasilan proses pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didiknya. Bahkan dalam program akreditasi selalu mempersyaratkan adanya data hasil tracer study tersebut melalui parameter masa tunggu lulusan, persentase lulusan yang sudah bekerja, dan penghasilan pertama yang diperoleh.
Sebagai program studi yang cukup ”tua”, yaitu sekitar 18 tahun, Prodi MPI yang semula bernama Kependidikan Islam (KI) tentu telah banyak menghasilkan lulusan yang kini tersebar di seluruh Indonesia. Jika menilik data terakhir, dalam empat tahun terakhir (2012 s/d 2015), maka jumlah alumni Prodi MPI mencapai sekitar 226 orang. (Buku Wisuda STAIN Purwokerto dan IAIN Purwokerto 2012 s/d 2015) Dari sejumlah alumni tersebut belum diketahui secara pasti dan detail persebarannya, dimulai dari domisili, pekerjaan dan kiprah mereka dalam kehidupan sosial kemasyarakatannya. Apakah pekerjaan yang mereka tekuni saat ini mencerminkan kompetensi dari proses pendidikan yang selama ini telah mereka tempuh di Prodi MPI IAIN Purwokerto.
Tidak adanya informasi yang komprehensif tentang alumni MPI ini membuat kajian penelusuran (tracer study) bagi alumni MPI menjadi sangat penting. Kajian penelusuran ini perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana lulusan MPI berkontribusi dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat. Juga untuk melihat kesesuaian kompetensi akademis yang telah dimiliki dengan bidang kerja yang yang mereka garap saat ini. Hasil dari kajian ini tentu saja akan menjadi umpan balik (feed back) bagi institusi, dalam hal ini Prodi MPI untuk mengevaluasi dan memperbaiki kurikulum agar lulusan dapat mengakomodasi kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Method
Kajian tracer study ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, karena permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak berhubungan dengan angka, tetapi berkaitan dengan pendeskripsian, penguraian dan penggambaran suatu masalah yang sedang terjadi. Jenis penelitian ini termasuk penelitian yang rinci mengenai suatu subyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup waktu mendalam dan menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan profil lulusan dan relevansi kurikulum Program Studi Manajemen Pendidikan Islam melalui pendekatan survei. Variabel profil lulusan, meliputi: 1) masa tunggu lulusan, 2) persentase lulusan yang sudah bekerja dan pertama kali bekerja, 3) penghasilan pertama yang diperoleh, 4) Gaji Pertama dan 5) Gaji Sekarang (gaji saat menerima Kuisioner). Variabel relevansi kurikulum di Prodi MPI meliputi 1) Dukungan latar belakang pendidikan terhadap karir pekerjaan 2) Kesesuaian kemampuan dengan kebutuhan institusi tempat kerja.
10) DESAIN SISTEM MANAJEMEN RISIKO PADA PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM STUDI KASUS PADA UNIVERSITAS GADJAH MADA
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) adalah perguruan tinggi negeri yang didirikan oleh pemerintah dan berstatus sebagai badan hukum publik yang otonom, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik. Otonomi PTN BH diatur dalam UndangUndang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 64. Sampai tanggal 31 Desember 2015, pemerintah telah menetapkan 11 perguruan tinggi sebagai PTN BH yaitu; Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Hasanudin (Unhas), dan Institut Teknologi Surabaya (ITS).
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) perlu menerapkan manajemen risiko setidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, aturan pemerintah yang mewajibkan penerapannya, Kedua, penerapan manajemen risiko membantu PTN BH dalam mencapai tujuan organisasi. Ketiga, perubahan status pengelolaan perguruan tinggi dari PTN satuan kerja pemerintah menjadi PT Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN), selanjutnya menjadi PTN dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PTN PPK BLU) dan saat ini sebagai PTN BH menimbulkan risiko yang perlu dikelola.
Risiko di atas dapat dicegah sebelum terjadi atau ditangani jika telah terjadi dengan manajemen risiko. Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang dapat mengakibatkan dampak berupa kerugian atau kegagalan dalam pencapaian tujuan organisasi (Griffiths, 2005; IRM dan AIRMIC, 2002; AS/NZS ISO 31000:2009, 2009; GOWA, 2007). Adapun manajemen risiko adalah sistem atau proses yang dilakukan oleh personel di setiap level organisasi untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko guna menjamin pencapaian tujuan organisasi (Rejda, 2006; Hanafi, 2006; GOWA, 2007; Moeller, 2007; Thomas. 2010; Ariff dkk., 2014). Dengan mengimplementasikan manajemen risiko, PTN BH dapat mengidentifikasi risiko, dampak hambatannya terhadap pencapaian tujuan dan sasaran PTN BH, dan memilih serta menyiapkan cara paling tepat untuk mengatasi hal tersebut.
UGM telah memiliki kesadaran akan pentingnya manajemen risiko, meskipun belum menerapkannya secara menyeluruh. Kesadaran risiko terlihat dari penggunaan pendekatan probity audit dalam proses pengadaan barang dan jasa. Kantor Audit Internal (KAI) UGM melakukan audit pada proses pengadaan barang/jasa sejak proses perencanaan, pelaksanaan, hingga pemeliharaan. Meskipun demikian, UGM belum menerapkan pengelolaan risiko yang meliputi seluruh unit kerja dan aktivitas di universitas. Berdasarkan hal-hal di atas maka pertenyaan penelitian ini adalah:
a. Siapa saja yang sebaiknya terlibat dalam sistem manajemen risiko UGM dan apa fungsi masing-masing pihak tersebut?
b. Bagaimana proses manajemen risiko yang sebaiknya dijalankan oleh UGM?
c. Bagaimana prosedur manajemen risiko yang sebaiknya dijalankan oleh UGM?
Methode
Untuk memperoleh gambaran mengenai proses manajemen risiko yang saat ini berjalan di UGM dan bagaimana proses ideal yang sebaiknya dilakukan UGM, peneliti menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Wawancara berupa wawancara semitersruktur kepada 6 pejabat struktural yaitu (1) Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan Sistem Informasi, (2) Direktur Keuangan, (3) Kepala Subdirektorat Sarana Direktorat Aset, (4) Kepala Seksi Pendayagunaan, Penghapusan, Pengawasan, dan Pengendalian Aset (P4A) Direktorat Aset, (5) Kepala Bagian Konsultasi dan Pengembangan Kantor Audit Internal, dan (6) Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Sampel dipilih dengan mempertimbangkan keterwakilan unsur pimpinan, unsur pelaksana akademik, serta unsur pelaksana administrasi dan pengembangan. Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi informasi terkait profil UGM, peraturan dan informasi terkait, dan manajemen risiko. Data profil UGM, mencakup sejarah singkat, visi, misi, tujuan, sasaran, tugas, fungsi, dan struktur organisasi. Data peraturan dan informasi terkait meliputi peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan rektor, catatan, transkrip, buku dan pedoman, surat kabar daring, majalah, serta dokumentasi lainnya yang relevan. Data manajemen risiko meliputi Rencana Strategis (Renstra), Rencana Operasional (Renop), kontrak kinerja antara UGM dengan Kemenristekdikti, dan data lainnya yang relevan.
Penelitian ini menggunakan interactive model dalam analisis data hasil wawancara. Interactive model menggunakan 4 komponen, yaitu (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan (4) simpulan atau verifikasi (Miles dan Huberman, 1984; Sugiyono, 2007). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan personal interview, yaitu wawancara tatap muka langsung dengan responden (Jogiyanto, 2004). Hasil wawancara direkam dengan alat perekam dan disalin dalam bentuk transkrip. Reduksi data dilakukan dengan kodefikasi dan axial coding atas hasil wawancara. Data yang diperoleh dari wawancara disalin dalam bentuk transkrip, ditelaah dan diberi kode tertentu pada setiap frasa, kalimat, atau paragraf berdasarkan topik. Data yang diberi kode tersebut dikelompokkan ke dalam kategori tertentu, kemudian dicari hubungan antarkategori (axial coding). Proses reduksi data dilakukan terusmenerus selama penelitian berlangsung. Penyajian data dilakukan dengan narasi dan flowchart untuk mengorganisasikan data. Data yang telah direduksi, disajikan dalam bentuk narasi dan flowchart (diagram alur), menggambarkan proses manajemen risiko di UGM. Melalui penyajian data dengan narasi dan diagram alur tersebut, data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga mudah dipahami. Penarikan simpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan proses reduksi dan penyajian data. Simpulan didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten selama proses penelitian berlangsung. Simpulan akan menjawab rumusan masalah yang ditetapkan sejak awal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar